1.
Claude Henri Saint-Simon
(1760-1825)
Saint-Simon
lebih tua daripada aguste Comte. Aguste Comte sendiri adalah tokoh yang juga
pernah menjadi murid dari Saint-Simon bahkan Aguste Comte pernah menjadi
seorang sekretaris dari Saint-Simon. Tidak sedikit terjadi kesamaan gagasan
antara keduanya dan juga tidak jarang keduanya saling melakukan perdebatan yang
sengit.
Sisi
terpenting dar Saint-Simon adalah peran pentingnya baik terhadap perkembangan
tori sosiologi konservatif maupun terhadap teori marxical radikal. Di sisi
teori konservatif, Saint-Simon ingin mempertahankan kehidupan masyarakat
seperti apa adanya, tetapi ia tak ingin kembali seperti kehidupan pada abad
pertengahan seperti yang didambakan oleh de Bonald dan Maistre. Saint-Simon
melihat perlunya reformasi sosialis terutama sentralisasi perencanaan ekonomi.
Tetapi, Saint-Simon tak sampai berfikir sejauh yang kelak dilakukan marx.
Meskipun ia melihat kapitalis akan menggantikan bangsawan foedal sebagaimana
Marx melihatnya, namun ia tak membayangkan bahwa kelas buruh akan menggantikan
kelas kapitalis. Banyak diantara gagasan Saint-Simon yang terdapat dalam karya
Comte, tetapi Comte mengembangkannya dengan cara yang lebih sistematis.
2.
Aguste Comte (1798-1857)
Comte
adalah orang pertama kali yang menggunakan istilah sosiologi. Ia yakin bahwa
studi sosiologi akan menjadi ilmiah sebagaimana keyakinan teoritis klasik dan
kebanyakan sosiologi kontemporer.
Karya
Comte sangat prihatin terhadap anarki yang mempengaruhi masyarakat dan mencela
pemikir perancis yang menimbulkan pencerahan dan revolusi. Ia mengenmbangkan
pandanga ilmiahnya, yakni “positivisme” atau “filsafat positif”, untuk
memberantas sesuatu yang ia anggap sebagai filsafat negatif dan deduktif dari
abad pencerahan.
Comte
mengembangkan fisika sosial atau yang pada 1839 disebutnya sosiologi.
Penggunaan istilah fisika sosial jelas menunjukan bahwa Comte berupaya agar
sosiologi meniru model “hard science”.
Ilmu baru ini yang menurut pandangannya akhirnya akan menjadi ilmu dominan,
adalah ilmu yang mempelajari sosial
static dan social dynamics. Meski
keduanya dimaksudkan untuk menemukan hukum-hukum kehidupan sosial. Tekanan pada
perubahan sosial ini mencerminkan perhatiannya yang sangat besar terhadap
reformasi sosial, terutama pada penyakit-penyakit sosial yang diciptakan oleh
revolusi perancis dan pencerahan. Comte tidak menginginkan perubahan
revolusioner karena ia merasa evolusi masyarakat secara alamiah akan membuat
segala sesuatu menjadi lebih baik. Reformasi hanya diperlukan untuk membantu
proses.
Meskipun
comte mempunyai basis akademi yang kurang kuat dalam membangun teori sosiologi
alirannya sendiri, tetapi ia telah meletakkan fondasi bagi pengembangan aliran
teori sosiologi yang signifikan. Namun pengaruh Comte yang cukup besar
dikecilkan oleh pengikutnya sendiri dalam sosiologi pernacis dan pewaris
sejumlah ide-idenya, yakni Emile Durkheim.
3. Emile
Durkheim (1858-1917)
Secara
politik, Durkhein adalah seorang liberal, tetapi secara intlektual ia tergolong
lebih konservatif. Karyanya banyak mendapat inspirasi dari kekacauan yang
ditimbulkan oleh perubahan sosial besar seperti revolusi perancis dan oleh
perubahan sosial lain (pemogokan buruh industri, kekacau kelas penguasa, perpecahan
negara gereja, kebengkitan politi antisemitisme) yang menonjol di perancis di
masa hidup Durkheim.
Fakta-fakta sosial.
Durkheim mengembangkan konsep masalah pokok sosiologi penting dan kemudian di
ujinya melalui study empiris. Durkheim menekankan bahwa tugas sosioplogi adalah
mempelajari apa yang ia sebut sebagai fakta-fakta
sosial. Ia membayangkan fakta-fakta sosial sebagai kekuatan dan struktur
yang bersifat eksternal dan memaksa individu.
Agama.
Dalam karyanya yang kemudian, fakta sosial non material menempati posisi yang
jauh lebih sentral. Dalam karyanya yang terakhir, The Emplamentary Forms of Religius Life (1912-1965), ia memutuskan
perhatian pada bentuk terakhir fakta sosial non material, yakni agama. Dalam
karyanya ini Durkheim membahas masyarakat primitif untuk menemukan akar agama.
Ia akan dapat secara lebih baik menemukan akar agama itu dengan jalan
membandingkan masyarakat primitif yang sederhana ketimbang didalam masyarakat
modern yang kompleks. Temuannya adalah bahwa sumber agama adalah masyarakat itu
sendiri. Masyarakatlah yang menemukan bahwa sesuatu itu bersifat sakral dan
yang lainnya bersifat profan, khususnya dalam kasus yang disbut totenisme.
Buku-buku
tersebut diatas dan karya penting lainnya membantu memantapkan posisi sosiologi
di dunia akdemi di perancis pada masa pergantian abad dan menempatkan durkheim
pada posisi puncak dalam bidang kajian yang sedang tumbuh itu. Pada 1898
Durkheim menerbitkan jurnal ilmiah L’annee
Sociologique. Jurnal ini sangat berpengaruh dalam perkembangan den
pemikiran sosiologi. Durkheim dengan gigih membantu pertumbuhan sosiologi dan
ia menggunakan jurnalnya sebagai sarana untuk membangun kelompok muridnya.
Muridnya yang kemudian mengembangkan gagasan Durkheim dan menyebarkannya ke
berbagai aspek kehidupan sosial yang lain. Tahun 1910 Durkheim mendirikan
kajian pusat sosiologi yang kuat diperancis dan kajian sosiologi secara
akademis melembaga secara baik di perancis.
0 Komentar