Tokoh Sosiologi Prancis Lengkap

March 21, 2017
Adapun tokoh Prancis adalah sebagi berikut:

1.      Claude Henri Saint-Simon (1760-1825)
Saint-Simon lebih tua daripada aguste Comte. Aguste Comte sendiri adalah tokoh yang juga pernah menjadi murid dari Saint-Simon bahkan Aguste Comte pernah menjadi seorang sekretaris dari Saint-Simon. Tidak sedikit terjadi kesamaan gagasan antara keduanya dan juga tidak jarang keduanya saling melakukan perdebatan yang sengit.
Sisi terpenting dar Saint-Simon adalah peran pentingnya baik terhadap perkembangan tori sosiologi konservatif maupun terhadap teori marxical radikal. Di sisi teori konservatif, Saint-Simon ingin mempertahankan kehidupan masyarakat seperti apa adanya, tetapi ia tak ingin kembali seperti kehidupan pada abad pertengahan seperti yang didambakan oleh de Bonald dan Maistre. Saint-Simon melihat perlunya reformasi sosialis terutama sentralisasi perencanaan ekonomi. Tetapi, Saint-Simon tak sampai berfikir sejauh yang kelak dilakukan marx. Meskipun ia melihat kapitalis akan menggantikan bangsawan foedal sebagaimana Marx melihatnya, namun ia tak membayangkan bahwa kelas buruh akan menggantikan kelas kapitalis. Banyak diantara gagasan Saint-Simon yang terdapat dalam karya Comte, tetapi Comte mengembangkannya dengan cara yang lebih sistematis.
2.      Aguste Comte (1798-1857)
Comte adalah orang pertama kali yang menggunakan istilah sosiologi. Ia yakin bahwa studi sosiologi akan menjadi ilmiah sebagaimana keyakinan teoritis klasik dan kebanyakan sosiologi kontemporer.
Karya Comte sangat prihatin terhadap anarki yang mempengaruhi masyarakat dan mencela pemikir perancis yang menimbulkan pencerahan dan revolusi. Ia mengenmbangkan pandanga ilmiahnya, yakni “positivisme” atau “filsafat positif”, untuk memberantas sesuatu yang ia anggap sebagai filsafat negatif dan deduktif dari abad pencerahan.
Comte mengembangkan fisika sosial atau yang pada 1839 disebutnya sosiologi. Penggunaan istilah fisika sosial jelas menunjukan bahwa Comte berupaya agar sosiologi meniru model “hard science”. Ilmu baru ini yang menurut pandangannya akhirnya akan menjadi ilmu dominan, adalah ilmu yang mempelajari sosial static dan social dynamics. Meski keduanya dimaksudkan untuk menemukan hukum-hukum kehidupan sosial. Tekanan pada perubahan sosial ini mencerminkan perhatiannya yang sangat besar terhadap reformasi sosial, terutama pada penyakit-penyakit sosial yang diciptakan oleh revolusi perancis dan pencerahan. Comte tidak menginginkan perubahan revolusioner karena ia merasa evolusi masyarakat secara alamiah akan membuat segala sesuatu menjadi lebih baik. Reformasi hanya diperlukan untuk membantu proses.
Meskipun comte mempunyai basis akademi yang kurang kuat dalam membangun teori sosiologi alirannya sendiri, tetapi ia telah meletakkan fondasi bagi pengembangan aliran teori sosiologi yang signifikan. Namun pengaruh Comte yang cukup besar dikecilkan oleh pengikutnya sendiri dalam sosiologi pernacis dan pewaris sejumlah ide-idenya, yakni Emile Durkheim.
3.      Emile Durkheim (1858-1917)
Secara politik, Durkhein adalah seorang liberal, tetapi secara intlektual ia tergolong lebih konservatif. Karyanya banyak mendapat inspirasi dari kekacauan yang ditimbulkan oleh perubahan sosial besar seperti revolusi perancis dan oleh perubahan sosial lain (pemogokan buruh industri, kekacau kelas penguasa, perpecahan negara gereja, kebengkitan politi antisemitisme) yang menonjol di perancis di masa hidup Durkheim.
Fakta-fakta sosial. Durkheim mengembangkan konsep masalah pokok sosiologi penting dan kemudian di ujinya melalui study empiris. Durkheim menekankan bahwa tugas sosioplogi adalah mempelajari apa yang ia sebut sebagai fakta-fakta sosial. Ia membayangkan fakta-fakta sosial sebagai kekuatan dan struktur yang bersifat eksternal dan memaksa individu.
Agama. Dalam karyanya yang kemudian, fakta sosial non material menempati posisi yang jauh lebih sentral. Dalam karyanya yang terakhir, The Emplamentary Forms of Religius Life (1912-1965), ia memutuskan perhatian pada bentuk terakhir fakta sosial non material, yakni agama. Dalam karyanya ini Durkheim membahas masyarakat primitif untuk menemukan akar agama. Ia akan dapat secara lebih baik menemukan akar agama itu dengan jalan membandingkan masyarakat primitif yang sederhana ketimbang didalam masyarakat modern yang kompleks. Temuannya adalah bahwa sumber agama adalah masyarakat itu sendiri. Masyarakatlah yang menemukan bahwa sesuatu itu bersifat sakral dan yang lainnya bersifat profan, khususnya dalam kasus yang disbut totenisme.
Buku-buku tersebut diatas dan karya penting lainnya membantu memantapkan posisi sosiologi di dunia akdemi di perancis pada masa pergantian abad dan menempatkan durkheim pada posisi puncak dalam bidang kajian yang sedang tumbuh itu. Pada 1898 Durkheim menerbitkan jurnal ilmiah L’annee Sociologique. Jurnal ini sangat berpengaruh dalam perkembangan den pemikiran sosiologi. Durkheim dengan gigih membantu pertumbuhan sosiologi dan ia menggunakan jurnalnya sebagai sarana untuk membangun kelompok muridnya. Muridnya yang kemudian mengembangkan gagasan Durkheim dan menyebarkannya ke berbagai aspek kehidupan sosial yang lain. Tahun 1910 Durkheim mendirikan kajian pusat sosiologi yang kuat diperancis dan kajian sosiologi secara akademis melembaga secara baik di perancis.
Previous
Next Post »
0 Komentar